Kapur IX famous with gambier living hood, it was great farm in kapur IX almost all the people in kapur IX has gambier.. today gambier got economic slum because gambier has cheaper price it has bad effect for kapur IX farm....
Posted by Awingsanara 9 juli 2000 kapur sembilan terenal dengan petani gamir, sekarang gambir menjadi pembicaran di masyarat karna terjadinya penurunan harga gambir di tingkat pemasyaran di daerah kapur IX
Jika tidak secepatnya dicarikan
solusi bagi petani gambir di Kapur Sembilan, sangat berdampak negatif
bagi perekonomian dan kehidupan masyarakat. Harga gambir yang terus
merosot membuat membuat para petani cemas, Terakhir harga gambir merosot
hingga Rp. 12.000 per kilogramnya, dari harga semula Rp. 26.000.
Disebagian nagari di Kapur Sembilan lainnya yaitu Kotolamo juga ada
harga gambir yang merosot hingga 6000 per kilogramnya, jika kondisi ini
masih berlanjut sangat dikhawatirkan terhadapt kehidupan masyarakat
Kapur Sembilan, di bidang perekonomian terutama terrlihat dampaknya, dan
pada dunia pendididkan juga berpengaruh. Diprediksi jika harga gambir
tidak naik dalam beberapa bulan kedepan, maka bisa dipastikan akan
sangat sedikit sekali lulusan SMA yang berasal dari Kapur Sembilan tidak
bisa melanjutkan ke Perguruan tinggi, "Pocaro ka kuliah, gambigh tu ndk
diboli urang le", salah satu komentar orang tua yang anaknya lagi
menempuh perkuliahan di Kota Padang.
Sat ini datang lagi masalah baru bagi petani, sudahlah harga yang sangat
rendah, ditambah dengan tidak adanya lagi pengumpul yang mau membeli
gambir tersebut, itu disebabkan karena sebagaian besar gudang dari para
pengumpul telah penuh, tidak ada lagi tempat untuk menyimpan gambir itu,
sedangkan beberapa bulan terakhir gambir tidak di ekspor, semuanya
menumpuk di gudang kata salah seorang pengumpul dari Muaro Paiti.
Memang sangat berat masalah ekonomi yang saat ini dihadapi oleh
masyarakat kapur sembilan, semoga para pelajar dan mahasiswa dari Kapur
Sembilan bisa menyikapu ini dengan baik dan lebih kreatif dan lebih
bijaksana dalam perkuliahan karena perekonomian yang sedang meroosot
tajam.(Faradika)
Pernahkah anda
mendengar Kabupaten 50 Kota? Atau kota Payakumbuh? Dimanakah itu? Masih
di indonesiakah? Jelas masih. Kota dan kabupaten ini keduanya bagian
dari wilayah administratif provinsi Sumatera Barat. Agar anda lebih
paham mengenai seluk beluk kota Payakumbuh
dan Kabupaten 50 Kota, dan tidak bertanya-tanya kenapa
disebut 50 Kota silahkan untuk mengklik link yang telah ditautkan.
Karena jika dijelaskan satu persatu akan menghabiskan banyak waktu.
Tulisan ini akan sangat panjang jadinya.
Mungkin tidak
banyak orang dari daerah lain mengenal yang namanya Kabupaten 50 Kota.
Orang mungkin akan lebih cepat ingat dengan payakumbuh mungkin karena
sudah menjadi “kota”. Biasanya pamor kota akan menjadi daya tarik
tersendiri dikalangan masyarakat. Kadang orang-orang dari
Kabupaten 50 Kota jika keluar daerah misalnya mereka akan mengatakan
kalau mereka berasal dari Payakumbuh. Padahal sebebarnya dari Kabupaten
50 Kota. Mungkin orang akan cepat paham jika disebut Payakumbuh.
Walaupun hanya kota kecil tetap saja orang-orang dari Kabupaten 50 Kota
bangga menyebutnya dan menjadi bagian darinya.
Dari segi
pariwisata kota Payakumbuh jelas kalah dari Kabupaten 50 Kota. Ya iyalah
kotanya hanya kecil itu. Tapi walaupun begitu tidak masalah jika
wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten 50 Kota ketika diluar menyebut
objek wisata yang mereka kunjungi berada di Payakumbuh. Sama dengan
keadaan candi Borobudur walaupun berada di Magelang, karena dekat dengan
Jogja wisatawan menganggap objek itu ada di Jogja. Jika ingin ke
Borobudur orang ingatnya lewat Jogja bisa.
Secara
keseluruhan objek wisata yang ada di dua daerah ini amatlah sangat
banyak. Diantaranya meliputi:
Pernahkah anda
mendengar Kabupaten 50 Kota? Atau kota Payakumbuh? Dimanakah itu? Masih
di indonesiakah? Jelas masih. Kota dan kabupaten ini keduanya bagian
dari wilayah administratif provinsi Sumatera Barat. Agar anda lebih
paham mengenai seluk beluk kota Payakumbuh
dan Kabupaten 50 Kota, dan tidak bertanya-tanya kenapa
disebut 50 Kota silahkan untuk mengklik link yang telah ditautkan.
Karena jika dijelaskan satu persatu akan menghabiskan banyak waktu.
Tulisan ini akan sangat panjang jadinya.
Mungkin tidak
banyak orang dari daerah lain mengenal yang namanya Kabupaten 50 Kota.
Orang mungkin akan lebih cepat ingat dengan payakumbuh mungkin karena
sudah menjadi “kota”. Biasanya pamor kota akan menjadi daya tarik
tersendiri dikalangan masyarakat. Kadang orang-orang dari
Kabupaten 50 Kota jika keluar daerah misalnya mereka akan mengatakan
kalau mereka berasal dari Payakumbuh. Padahal sebebarnya dari Kabupaten
50 Kota. Mungkin orang akan cepat paham jika disebut Payakumbuh.
Walaupun hanya kota kecil tetap saja orang-orang dari Kabupaten 50 Kota
bangga menyebutnya dan menjadi bagian darinya.
Dari segi
pariwisata kota Payakumbuh jelas kalah dari Kabupaten 50 Kota. Ya iyalah
kotanya hanya kecil itu. Tapi walaupun begitu tidak masalah jika
wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten 50 Kota ketika diluar menyebut
objek wisata yang mereka kunjungi berada di Payakumbuh. Sama dengan
keadaan candi Borobudur walaupun berada di Magelang, karena dekat dengan
Jogja wisatawan menganggap objek itu ada di Jogja. Jika ingin ke
Borobudur orang ingatnya lewat Jogja bisa.
Secara
keseluruhan objek wisata yang ada di dua daerah ini amatlah sangat
banyak. Diantaranya meliputi:
1.
Ngalau Indah
Objek
wisata ini sangat popular di Payakumbuh. Dekat dengan kantor walikota
Payakumbuh. Juga dekat dengan perbatasan kota Payakumbuh dengan
kabupaten tanah datar. Jadi ketika memasuki kota Payakumbuh dari arah
Tanah Datar, Bukittinggi atau Padang maka objek wisata ini yang akan
disambangi terlebih dahulu. Ketika memasuki ngalau dan meneruskan jalan
setapak kita akan tiba di Puncak Marajo. Disana kita akan dapat melihat
suasana kota Payakumbuh dari kejauhan. Di bawahnya juga ada kolam
renang.
2.
Masjid Tuo Koto Nan Ampek
Masjid Gadang Balai Nan Duo dimalam hari
Atau
disebut juga Masjid Gadang dibangun pada masa penjajahan Belanda yang
terletak dikelurahan Balai Nan Duo Koto Nan Ampek Payakumbuh. Bentuk
aslinya yang masih terpelihara yang terdiri dari bahan-bahan kayu/papan
dan pohon kelapa. Meskipun telah berusia + 100 tahun, namun masih tetap
kuat dan utuh. objek wisata ini hanya berjarak 2 km sebelum memasuki
pusat kota.
3. Bencah Tangkuluak
Bencah tangkuluak ini dibangun untuk mengenang kejadian tenggelamnya seorang anak gadis yg durhaka pada ibunya...
4. Lembah
Harau
Inilah
objek wisata yang amat terkenal dan kebanggaan kedua daerah ini.
Berlokasi di daerah Sarilamak. Ibukota Kabupaten 50 Kota. Ditempat itu
juga pernah dijadikan finish point Tour De Singkarak 2011. Disana anda
akan menjumpai lembah yang hijau yang menenteramkan batin. Ada air
terjun Sarasah Bunta dan Sarasah Tanggo. Juga ada kebun binatang kecil
disana. Setelah puas bersantai di Lembah Harau. Ketika akan balik kita
akan memandang kantor Bupati Lima Puluh Kota diatas bukit. Kelihatan
sangat menarik.
Setelah itu jika
diteruskan kita akan tiba di pusat kota Payakumbuh lagi. ibaratnya
objek wisata tersebut saling berkaitan. Dan seperti memutar lokasinya.
Jika anda banyak waktu bisa juga mengunjungi Nagari Maek (Mahat). Disana
ada menhir (alat pemujaan animisme berbentuk batu tinggi) dan ada bukit
yang bolong ditengahnya yang helicopter bisa lewat. Juga
mampir ke Kampung Budaya Balai Kaliki. Jika dari arah Riau maka yang
pertama akan disaksikan adalah Kelok Sambilan (Sembilan). Yang sekarang
juga sedang dibangun jalan/jembatan layang.
Jika pada
hari-hari tertentu, jika datang pada waktu yang tepat wisatawan juga
bisa melihat suasana Pacu Kudo, Pacu Sampan dan Pacu Itiak. Itik yang
dilempar lalu terbang kearah garis finish. Seru sekali. Itik-itiknya
bisa terbang, he he he…
Di malam hari
suasana pusat kota Payakumbuh sangat hidup dan bergairah. Banyak penjual
yang menjajakan dagangannya. Kita bisa berwisata kuliner. Sebut saja
goreng-gorengan, sate atau nasi padang, martabak kubang (manis) dan
martabak mesir (daging) sampai sate Madura juga ada yang jual. Seru deh
pokoknya kalau malam hari di pusat kota itu.
Untuk akomodasi
dan transportasi jangan diragukan. Tidak usah pusing. Ongkosnya juga
tidak terlalu mahal. Kalau ingin mengelilingi pusat kota Payakumbuh
dengan Bendi juga silahkan. Lakukan penawaran yang pas dulu dengan yang
punya Bendi.
Jika ingin
oleh-oleh untuk orang tercinta wisatawan bisa membeli Batiah, Gelamai,
Bareh Randang, Rendang Taluah, dan sebagainya. Pilih saja mana yang mau.
Jadi bagi anda
yang tertarik mengunjunginya silahkan mampir. Dari Padang bisa naik bus
arah ke Padang Panjang lalu Bukittinggi maka akan tiba di
Payakumbuh-Kabupaten 50 Kota. Dari Pekanbaru (Riau) juga bisa naik bus
tidak terlalu jauh lalu anda akan menginjakkan kaki di Payakumbuh-50
Kota.
The last objectives deliver the
information regarding the activities that can be done in Bukit Tinggi.
As Bukit Tinggi is not only the spot for honeymoon but also it have
their own game spot or place to do some activities that unusually do at
the city. These few activities shows the game/activities features that
people can enjoy or experience the differences of Bukit Tinggi with
another places.
As the fourth objectives, There are few restaurant that located in Bukit
Tinggi Colmar Tropicale and the style meal serve is based from French
style. Tourist can choose any restaurant that suit the taste and variety
choice of food. These restaurant serve western food style and everyone
can enjoy the meal well and affordable.
La
CIGOGNE : French dining likes fois gras and
choucroute, an Alsacian specialty
Le
BLASON : Buffet breakfast, lunch, dinner and an
international ala carte menu
La FLAMME
: Pastries and pizza and the infamous tarte flambé.
Le
PouLet Roti : Roast chicken, a favourite with kids.
La
BOULANGERIE : variety of freshly baked breads and
pastriesby our resident French baker.
Le VIN: Fine selection of cigars and French wines.
For the third objectives is on the lodging/place to stay when having
vacation at Bukit Tinggi. The local and outsiders tourist can choose and
booking where is the hotel that suitable for staying and comfortable
for all. There are two hotels suggested and near with Bukit Tinggi.
Kendati telah wafat sejak sekitar 77 tahun silam,
keberadaannya terasa di Kampung Babussalam, Tanjung Pura, Langkat,
Sumatra Utara. Peziarah mengalir ke makamnya di kampung yang
didirikannya. Syekh Abdul Wahab Rokan memang dikenal sebagai ulama
ternama di Sumaera. Lahir pada 19 Rabiul Akhir 1230 H (28 September 1811) di
Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah,
Kab. Rokan hulu, Riau, Wahab tumbuh di lingkungan keluarga yang
menjunjung agamanya. Nenek buyutnya, H Abdullah Tembusai, dikenal
sebagai alim ulama besar yang disegani. Salah seorang putra Abdullah Tembusai, bernama M Yasin
menikah dengan Intan. Buah perkawinan itu melahirkan di antaranya Abdul
Manap. Putra tertuanya ini, kemudian menikah dan melahirkan Syekh Wahab
Rokan. Dengan titisan darah demikian, Wahab sejak kecil terdidik,
terutama untuk pelajaran agama. Demi menghapal AlQuran, Wahab kecil tak
jarang bermalam, di rumah gurunya. Ia pun patuh pada guru, bahkan kerap
mencucikan pakaian orang yang mendidiknya itu. Keistimewaan telah tampak sejak Wahab masih bocah. Suatu
ketika, saat orang terlelap pada dinihari, Wahab masih menekuni AlQuran.
Mendadak muncul seorang tua mengajarinya membaca aLQuran. Setelah
rampung satu khatam, orang tua itu menghilang. Kesalihannya ini tak jarang mengalami godaan. Saat ia
melanjutkan pendidikan di Tembusai, seorang wanita menggodanya, bahkan
mengunci pintu tempat Wahab berada. Wahab terus melantunkan doa sehingga
terlepas dari jebakan wanita yang tergila-gila padanya. Begitu pun,
suatu ketika saat mandi di sungai, seorang gadis melarikan sarungnya. Godaan itu tak membuat imannya meleleh. Bahkan, ia kian kukuh
mendalami ilmu agama. Setelah dari Tambusai, ia pun ke Malaysia, untuk
mendalami ilmu agama kepada Syekh H M Yusuf asal Minangkabau. Wahab yang
tumbuh menjadi pemuda berdagang untuk menopang kehidupannya.
Menariknya, berkat kesalihannya, ia menyuruh pembeli menimbang sendiri
barang yang dibeli. Ini demi menghindarkan kecurangan. Melanjutkan pendidikan ke MAkkah, ia belajar kepada beberapa
guru, di antaranya Zaini Dahlan (mufti mazhab Syafii), Syekh Zainuddin
Rawa. Terakhir, ia mendalami ilmu tarEkat kepada Syekh Sulaiman Zuhdi di
puncak Jabal Abi Kubis. Sulaiman Zuhdi dikenal sebagai penganut tarEkat
Naqsyabandiah. Menyimak ketekunan muridnya, suatu ketika Sulaiman Zuhdi,
resmi mengangkat Wahab sebagai khalifah besar. Penabalan itu diiringi
dengan bai’ah dan pemberian silsilah tarekat Naqsyabandiyah yang berasal
dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada Sulaiman Zuhdi yang kemudian
diteruskan kepada Wahab. Ijazahnya ditandai dengan dua cap. Ia pun
mendapat gelar Al Khalidi Naqsyabandi. Setelah kurang lebih enam tahun di MAkkah, ia kembali ke
Riau. Di sana, ia yang saat itu berusia 58, mendirikan Kampung Mesjid.
Dari sana, ia mengembangkan syiar agama dan tarEkat yang dianutnya,
hingga Sumatra Utara dan Malaysia. Namanya pun semerbak. Raja di
berbagai kerajaan di Riau dan Sumatra Utara mengundangnya. Suatu ketika, Sultan Musa Al-Muazzamsyah dari Kerajaan
Langkat, gundah. Putranya sakit parah dan akhirnya wafat. Rasa
kehilangan ini tak terperikan. Syekh HM Nur yang — sahabat karib Wahab
saat di MAkkah — menjadi pemuka agama di kerajaan, menyarankan agar
Sultan bersuluk di bawah bimbingan Wahab. Sultan menyetujui dan
mengundang Wahab. Wahab pun datang ke Langkat. Ia mengajarkan tarEkat
Naqsyahbandi dan bersuluk kepada Sultan. Setelah berulang bersuluk,
Sultan Musa — yang belakangan melepaskan tahtanya dan memilih menekuni
agama — memenuhi saran Wahab, menunaikan ibadah haji, sekaligus bersuluk
kepada Sulaiman Zuhdi di Jabal Kubis. Berkat kekariban hubungan guru-murid, Sultan Musa menyerahkan
sebidang tanah di tepi Sungai Batang Serangan, sekitar 1 km dari
Tanjung Pura. Sultan berharap gurunya dapat mengembangkan syiar agama
dari tanah pemberiannya. Wahab menyetujui dan menamakan kampung itu
Babussalam (pintu keselamatan). Maka pada 15 Syawal 1300 H, ia bersama
ratusan pengikutnya, menetap di sana. Babussalam berkembang menjadi kampung dengan otonomi khusus.
Menjadi basis pengembangan tarEkat Naqsyahbandiyah di Sumatra Utara,
Wahab membentuk ‘pemerintahan’ sendiri di kampung itu. Perangkatnya
antara lain dengan membuat Lembaga Permusyawaratan Rakyat (Babul Funun). Hingga kini, kampung itu terjaga sebagai pusat pengembangan
tarekat Naqsyahbandiyah. Tetap mendapatkan perlakuan khusus dari Pemda
setempat, aktivitas sehari-hari — ditandai dengan kegiatan suluk setiap
hari — dipimpin khalifah. Saat ini khalifah kesepuluh Syekh H Hasyim
yang memimpin. Kendati terjalin erat, hubungan Wahab dan Sultan, tak berarti
selalu harmonis. Bahkan antara keduanya sempat renggang, saat Wahab
difitnah membuat uang palsu. Akibatnya, Sultan memerintahkan
penggeledahan ke rumah Wahab. Kendati tak terbukti, bahkan saling
memaafkan, Wahab seusai peristiwa itu pindah ke Malaysia. Kepindahannya
ini kabarnya menyebabkan sumur minyak di Pangkalan Brandan surut
penghasilannya. Begitu pun, suatu kali penjajah Belanda ‘menekan’ Sultan.
Dalihnya, berbekal potret Wahab, ditengarai Tuan Guru Babussalam —
demikian panggilan kehormatannya — turut bertempur membantu pejuang Aceh
melawan Belanda. Padahal, pada saat bersamaan, pengikutnya menegaskan
Tuan Guru berdzikir di kamarnya. Kembali ke Babussalam, setelah terharu menyaksikan kampung
yang dibangunnya menyepi, Tuan Guru menetap di Babussalam. Bersama
pengikutnya, ia kembali membangun Babussalam. Tak sekadar berkembang
pesat, Tuan Guru bersama Babussalam tumbuh disegani. Tak ayal, Belanda
berusaha menjinakkannya. Maka pada 1 Jumadil Akhir 1241 H, Asisten Residen Van Aken,
menyematkan bintang kehormatan kepadanya. Kendati demikian, tak berarti
Tuan Guru, terpedaya. Bahkan, di saat prosesi penyematan, Tuan Guru
dalam sambutan meminta Van Aken menyampaikan kepada Raja Belanda untuk
masuk Islam. Menilai pemberian bintang itu sindiran, ia meminta
pengikutnya lebih giat. Bintang kehormatan itu pun kemudian diserahkan
kepada Sultan Langkat. Kendati dikenal sebagai pemuka agama, tak berarti Tuan Guru
tak memiliki kepedulian pada politik. Ia mengutus anaknya untuk menemui
HOS Cokroaminoto pada 1913. Tujuannya untuk membicarakan pembukaan
cabang Sarekat Islam di Babussalam. Tak lama kemudian, SI pun berdiri di
kampung yang dipimpinnya. Tuan Guru wafat di usia 115, pada 21 Jumadil Awal 1345 H (27
Desember 1926), meninggalkan 4 istri, 26 anak, dan puluhan cucu. Hingga
kini, setiap peringatan hari wafat (haul), dirayakan besar-besaran.
Ratusan pengikutnya yang memegang tarekat Naqsyahbandiah dari berbagai
kota di Sumatra hingga Malaysia, dan Thailand hadir. Silaturahmi di Negeri Seribuk Suluk Para zurriyat, khalifah dan jamaah Babussalam terserak di
dalam maupun luar negeri. Akibatnya silaturahmi menjadi longgar. Demi
mengikat silahturahmi Ikatan Keluarga Babussalam Langkat
menyelenggarakan silaturrahmi nasional (silatnas). Berlangsung mulai 18 hingga 20 Oktober mendatang, silatnas
diadakan di kampung kelahiran Syekh Abd Wahab Rokan, di Rantau Binuang
Sakti yang dijuluki ‘Negeri Seribu Suluk’. Acaranya selain tabliqh
akbar, haflah Alquran, juga istighasah Tareqat Naqsyabandiyah. Di hari
terakhir (20/10), silatnas ditutup dengan ziarah ke makam ibu dan Syekh
Abd Wahad dan ke makan Syekh Zainuddin. Kemudian diikuti ramah tamah
sekitar seribu peserta silatnas.
AIR MERUA (MERTUA WATER)
Air terjun Aek Martua teletak di Kabupaten
Rokan Hulu kawasan Pegunungan Bukit Barisan. Nuansa sejuk dan ademnya
dengan
panorama yang mempesona menjadikan Aek Martua menjadi objek yang layak
untuk
kita kunjungi. Air terjun Aek Martua memiliki tiga tingkatan dan
kebanyakan
orang menyebutnya sebagai air terjun seribu tangga. Panorama yang
memancar dari
air terjun ini adalah airnya yang bening layaknya air mineral dengan
udara yang
lembab dan suasana yang nyaman. Dari pintu masuk wisata ini untuk
mencapai Air
Terjun Seribu Tangga ini kita harus berjalan kaki menyeberangi jembatan
gantung
dan melewati hutan lindung sejauh 3 sampai 7 kilometer dari dasar bukit,
kemudian kita akan menemui kuburan Petapa Cipogas dalam perjalanan.
Hutan
lindung yang menambah suasana refreshing mata serta pernafasan dari
udaranya
yang sejuk.
OBJECT WISATA CANDI MUARA TAKUS ( MUARA TAKUS TEMPLE )
Situs wisata Candi Muara Takus
adalah sebuah candi yang terletak di Desa Muara Takus Kecamatan Tiga
Belas
Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini merupakan peninggalan kerajaan
Sriwijaya. Candi ini merupakan bukti sejarah perkembangan Agama Budha di
Indonesia. Candi ini digunakan masyarakat beragama Budha untuk
beribadah. Ciri
dari bangunan candi tersebut yang menunjukkan bangunan tersebut
merupakan
bangunan agama Budha adalah karena adanya stupa. Ketika Anda mengunjungi
candi
Muara Takus, Anda akan melihat stupa di sekitar candi. Di dalam kompleks
candi
ini juga terdapat bebrapa candi seperti Candi Sulung, Candi Bungsu,
Mahligai Stupa
dan Mahligai Palangka. Bagi Anda yang beragama Islam, Anda tidak perlu
takut
mengunjungi candi ini, karena sekarang Situs Candi Muara Takus ini sudah
tidak
menjadi tempat perkembangan agama Budha lagi. Sekarang Candi Muara Takus
sudah
menjadi salah satu peninggalan sejarah pada masa kerajaan di Indonesia
sekaligus sudah menjadi salah satu objek di Provinsi Riau.