Pariwisata Bukit Tinggi

Selasa, 16 April 2013

Activities can be done in Bukit Tinggi

The last objectives deliver the information regarding the activities that can be done in Bukit Tinggi. As Bukit Tinggi is not only the spot for honeymoon but also it have their own game spot or place to do some activities that unusually do at the city. These few activities shows the game/activities features that people can enjoy or experience the differences of Bukit Tinggi with another places.

Activities that can be done in Bukit Tinggi

Flying Fox

Paint Ball

High Rope Obstacle

Canopy Walk

Sports Complex Activities






Restaurant at Bukit Tinggi

As the fourth objectives, There are few restaurant that located in Bukit Tinggi Colmar Tropicale and the style meal serve is based from French style. Tourist can choose any restaurant that suit the taste and variety choice of food. These restaurant serve western food style and everyone can enjoy the meal well and affordable.


La CIGOGNE : French dining likes fois gras and choucroute, an Alsacian specialty

Le BLASON : Buffet breakfast, lunch, dinner and an international ala carte menu

La FLAMME : Pastries and pizza and the infamous tarte flambé.

Le PouLet Roti : Roast chicken, a favourite with kids.

La BOULANGERIE : variety of freshly baked breads and pastriesby our resident French baker.

Le VIN : Fine selection of cigars and French wines.







Place To stay at Bukit Tinggi

For the third objectives is on the lodging/place to stay when having vacation at Bukit Tinggi. The local and outsiders tourist can choose and booking where is the hotel that suitable for staying and comfortable for all. There are two hotels suggested and near with Bukit Tinggi.

Colmar Tropicale Hotel

The entrance of Colmar Tropicale Hotel


Superior and Family Room

3 bedroom suite

La Grande Suite


Suria Hill Country House


Suria Hill Country House

The View from Front

Deluxe Twin Room





Tuesday, 2 October 2011


Gallery of Bienvenue à Bukit Tinggi


Night View of Colmar Tropicale Berjaya Hills Bukit Tinggi

Berjaya Hills Bridge

Colmar Tropicale el Alsace moments during at night

Alsace Ballrooms

The Restaurants

Ryo Zan Tei Restaurant

Japanese Village waterfall

Berjaya Hills Horse Riding

Award Winning 18 holes golf

Japanese Village Golden Fish pool

Meranti Park Suite Bukit Tinggi






Video

View of Colmar Tropicale Berjaya Hills, Bukit Tinggi

Ulama


Syeikh Abdul Wahab Rokan dan Tarikat Naksyabandiah

Posted by pakcikli00 di 5 September 2011

Kendati telah wafat sejak sekitar 77 tahun silam, keberadaannya terasa di Kampung Babussalam, Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Utara. Peziarah mengalir ke makamnya di kampung yang didirikannya. Syekh Abdul Wahab Rokan memang dikenal sebagai ulama ternama di Sumaera.
Lahir pada 19 Rabiul Akhir 1230 H (28 September 1811) di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kab. Rokan hulu, Riau, Wahab tumbuh di lingkungan keluarga yang menjunjung agamanya. Nenek buyutnya, H Abdullah Tembusai, dikenal sebagai alim ulama besar yang disegani.
Salah seorang putra Abdullah Tembusai, bernama M Yasin menikah dengan Intan. Buah perkawinan itu melahirkan di antaranya Abdul Manap. Putra tertuanya ini, kemudian menikah dan melahirkan Syekh Wahab Rokan.
Dengan titisan darah demikian, Wahab sejak kecil terdidik, terutama untuk pelajaran agama. Demi menghapal AlQuran, Wahab kecil tak jarang bermalam, di rumah gurunya. Ia pun patuh pada guru, bahkan kerap mencucikan pakaian orang yang mendidiknya itu.
Keistimewaan telah tampak sejak Wahab masih bocah. Suatu ketika, saat orang terlelap pada dinihari, Wahab masih menekuni AlQuran. Mendadak muncul seorang tua mengajarinya membaca aLQuran. Setelah rampung satu khatam, orang tua itu menghilang.
Kesalihannya ini tak jarang mengalami godaan. Saat ia melanjutkan pendidikan di Tembusai, seorang wanita menggodanya, bahkan mengunci pintu tempat Wahab berada. Wahab terus melantunkan doa sehingga terlepas dari jebakan wanita yang tergila-gila padanya. Begitu pun, suatu ketika saat mandi di sungai, seorang gadis melarikan sarungnya.
Godaan itu tak membuat imannya meleleh. Bahkan, ia kian kukuh mendalami ilmu agama. Setelah dari Tambusai, ia pun ke Malaysia, untuk mendalami ilmu agama kepada Syekh H M Yusuf asal Minangkabau. Wahab yang tumbuh menjadi pemuda berdagang untuk menopang kehidupannya. Menariknya, berkat kesalihannya, ia menyuruh pembeli menimbang sendiri barang yang dibeli. Ini demi menghindarkan kecurangan.
Melanjutkan pendidikan ke MAkkah, ia belajar kepada beberapa guru, di antaranya Zaini Dahlan (mufti mazhab Syafii), Syekh Zainuddin Rawa. Terakhir, ia mendalami ilmu tarEkat kepada Syekh Sulaiman Zuhdi di puncak Jabal Abi Kubis. Sulaiman Zuhdi dikenal sebagai penganut tarEkat Naqsyabandiah.
Menyimak ketekunan muridnya, suatu ketika Sulaiman Zuhdi, resmi mengangkat Wahab sebagai khalifah besar. Penabalan itu diiringi dengan bai’ah dan pemberian silsilah tarekat Naqsyabandiyah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada Sulaiman Zuhdi yang kemudian diteruskan kepada Wahab. Ijazahnya ditandai dengan dua cap. Ia pun mendapat gelar Al Khalidi Naqsyabandi.
Setelah kurang lebih enam tahun di MAkkah, ia kembali ke Riau. Di sana, ia yang saat itu berusia 58, mendirikan Kampung Mesjid. Dari sana, ia mengembangkan syiar agama dan tarEkat yang dianutnya, hingga Sumatra Utara dan Malaysia. Namanya pun semerbak. Raja di berbagai kerajaan di Riau dan Sumatra Utara mengundangnya.
Suatu ketika, Sultan Musa Al-Muazzamsyah dari Kerajaan Langkat, gundah. Putranya sakit parah dan akhirnya wafat. Rasa kehilangan ini tak terperikan. Syekh HM Nur yang — sahabat karib Wahab saat di MAkkah — menjadi pemuka agama di kerajaan, menyarankan agar Sultan bersuluk di bawah bimbingan Wahab. Sultan menyetujui dan mengundang Wahab.
Wahab pun datang ke Langkat. Ia mengajarkan tarEkat Naqsyahbandi dan bersuluk kepada Sultan. Setelah berulang bersuluk, Sultan Musa — yang belakangan melepaskan tahtanya dan memilih menekuni agama — memenuhi saran Wahab, menunaikan ibadah haji, sekaligus bersuluk kepada Sulaiman Zuhdi di Jabal Kubis.
Berkat kekariban hubungan guru-murid, Sultan Musa menyerahkan sebidang tanah di tepi Sungai Batang Serangan, sekitar 1 km dari Tanjung Pura. Sultan berharap gurunya dapat mengembangkan syiar agama dari tanah pemberiannya. Wahab menyetujui dan menamakan kampung itu Babussalam (pintu keselamatan). Maka pada 15 Syawal 1300 H, ia bersama ratusan pengikutnya, menetap di sana.
Babussalam berkembang menjadi kampung dengan otonomi khusus. Menjadi basis pengembangan tarEkat Naqsyahbandiyah di Sumatra Utara, Wahab membentuk ‘pemerintahan’ sendiri di kampung itu. Perangkatnya antara lain dengan membuat Lembaga Permusyawaratan Rakyat (Babul Funun).
Hingga kini, kampung itu terjaga sebagai pusat pengembangan tarekat Naqsyahbandiyah. Tetap mendapatkan perlakuan khusus dari Pemda setempat, aktivitas sehari-hari — ditandai dengan kegiatan suluk setiap hari — dipimpin khalifah. Saat ini khalifah kesepuluh Syekh H Hasyim yang memimpin.
Kendati terjalin erat, hubungan Wahab dan Sultan, tak berarti selalu harmonis. Bahkan antara keduanya sempat renggang, saat Wahab difitnah membuat uang palsu. Akibatnya, Sultan memerintahkan penggeledahan ke rumah Wahab. Kendati tak terbukti, bahkan saling memaafkan, Wahab seusai peristiwa itu pindah ke Malaysia. Kepindahannya ini kabarnya menyebabkan sumur minyak di Pangkalan Brandan surut penghasilannya.
Begitu pun, suatu kali penjajah Belanda ‘menekan’ Sultan. Dalihnya, berbekal potret Wahab, ditengarai Tuan Guru Babussalam — demikian panggilan kehormatannya — turut bertempur membantu pejuang Aceh melawan Belanda. Padahal, pada saat bersamaan, pengikutnya menegaskan Tuan Guru berdzikir di kamarnya.
Kembali ke Babussalam, setelah terharu menyaksikan kampung yang dibangunnya menyepi, Tuan Guru menetap di Babussalam. Bersama pengikutnya, ia kembali membangun Babussalam. Tak sekadar berkembang pesat, Tuan Guru bersama Babussalam tumbuh disegani. Tak ayal, Belanda berusaha menjinakkannya.
Maka pada 1 Jumadil Akhir 1241 H, Asisten Residen Van Aken, menyematkan bintang kehormatan kepadanya. Kendati demikian, tak berarti Tuan Guru, terpedaya. Bahkan, di saat prosesi penyematan, Tuan Guru dalam sambutan meminta Van Aken menyampaikan kepada Raja Belanda untuk masuk Islam. Menilai pemberian bintang itu sindiran, ia meminta pengikutnya lebih giat. Bintang kehormatan itu pun kemudian diserahkan kepada Sultan Langkat.
Kendati dikenal sebagai pemuka agama, tak berarti Tuan Guru tak memiliki kepedulian pada politik. Ia mengutus anaknya untuk menemui HOS Cokroaminoto pada 1913. Tujuannya untuk membicarakan pembukaan cabang Sarekat Islam di Babussalam. Tak lama kemudian, SI pun berdiri di kampung yang dipimpinnya.
Tuan Guru wafat di usia 115, pada 21 Jumadil Awal 1345 H (27 Desember 1926), meninggalkan 4 istri, 26 anak, dan puluhan cucu. Hingga kini, setiap peringatan hari wafat (haul), dirayakan besar-besaran. Ratusan pengikutnya yang memegang tarekat Naqsyahbandiah dari berbagai kota di Sumatra hingga Malaysia, dan Thailand hadir.
Silaturahmi di Negeri Seribuk Suluk
Para zurriyat, khalifah dan jamaah Babussalam terserak di dalam maupun luar negeri. Akibatnya silaturahmi menjadi longgar. Demi mengikat silahturahmi Ikatan Keluarga Babussalam Langkat menyelenggarakan silaturrahmi nasional (silatnas).
Berlangsung mulai 18 hingga 20 Oktober mendatang, silatnas diadakan di kampung kelahiran Syekh Abd Wahab Rokan, di Rantau Binuang Sakti yang dijuluki ‘Negeri Seribu Suluk’. Acaranya selain tabliqh akbar, haflah Alquran, juga istighasah Tareqat Naqsyabandiyah. Di hari terakhir (20/10), silatnas ditutup dengan ziarah ke makam ibu dan Syekh Abd Wahad dan ke makan Syekh Zainuddin. Kemudian diikuti ramah tamah sekitar seribu peserta silatnas.

AIR MERUA (MERTUA WATER)
objek wisata riau
Air terjun Aek Martua teletak di Kabupaten Rokan Hulu kawasan Pegunungan Bukit Barisan. Nuansa sejuk dan ademnya dengan panorama yang mempesona menjadikan Aek Martua menjadi objek yang layak untuk kita kunjungi. Air terjun Aek Martua memiliki tiga tingkatan dan kebanyakan orang menyebutnya sebagai air terjun seribu tangga. Panorama yang memancar dari air terjun ini adalah airnya yang bening layaknya air mineral dengan udara yang lembab dan suasana yang nyaman. Dari pintu masuk wisata ini untuk mencapai Air Terjun Seribu Tangga ini kita harus berjalan kaki menyeberangi jembatan gantung dan melewati hutan lindung sejauh 3 sampai 7 kilometer dari dasar bukit, kemudian kita akan menemui kuburan Petapa Cipogas dalam perjalanan. Hutan lindung yang menambah suasana refreshing mata serta pernafasan dari udaranya yang sejuk.

OBJECT WISATA CANDI MUARA TAKUS ( MUARA TAKUS TEMPLE )
Objek wisata Riau
Situs wisata Candi Muara Takus adalah sebuah candi yang terletak di Desa Muara Takus Kecamatan Tiga Belas Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya. Candi ini merupakan bukti sejarah perkembangan Agama Budha di Indonesia. Candi ini digunakan masyarakat beragama Budha untuk beribadah. Ciri dari bangunan candi tersebut yang menunjukkan bangunan tersebut merupakan bangunan agama Budha adalah karena adanya stupa. Ketika Anda mengunjungi candi Muara Takus, Anda akan melihat stupa di sekitar candi. Di dalam kompleks candi ini juga terdapat bebrapa candi seperti Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Mahligai Palangka. Bagi Anda yang beragama Islam, Anda tidak perlu takut mengunjungi candi ini, karena sekarang Situs Candi Muara Takus ini sudah tidak menjadi tempat perkembangan agama Budha lagi. Sekarang Candi Muara Takus sudah menjadi salah satu peninggalan sejarah pada masa kerajaan di Indonesia sekaligus sudah menjadi salah satu objek di Provinsi Riau.